Sejarah Singkat Kota Manado
Manado adalah kota terbesar di ujung jazirah Sulawesi Utara
(Sulut) dimana sebelum kedatangan bangsa-bangsa barat, lokasi yang
sekarang disebut Kota Manado sudah ada walaupun belum bernama Manado.
Nama Manado berasal dari bahasa
Tombulu tua, yakni Manoir yang sepadan dengan Maharor, Maerur atau
Maherur dalam bahasa yang sama yang berarti berkumpul untuk berunding.
Konon lokasi ini dahulu adalah Pahawinaroran ni Tasikela, yang artinya
tempat berkumpul orang-orang Spanyol. Maksudnya suatu tempat dimana
orang Minahasa dan orang Spanyol bertemu dan berkumpul untuk melangsungkan suatu perundingan.
Ada pula yang mengatakan bahwa
Manado berasal dari kata Manarou atau Wana Rou yang berarti tempat yang
jauh. Manado juga berasal dari rangkaian kata Manadou, Mana ndou, dan
Mana dou dimana artinya juga tempat yang jauh.
Selanjutnya nama Manado dahulu
kala dihubungkan dengan nama lokasi Wenang atau lengkapnya Wanua Wenang
yang menurut legenda didirikan oleh seorang tokoh dari Walak Ares
bernama Dotu Lolonglasut.
Kata Wenang diambil dari nama
sejenis kayu, yakni Macaranga Hispida yang pada masa itu menurut kisah
banyak tumbuh. Kayu sejenis ini kulitnya sangat berguna sebagai bahan
penyamak jala nelayan agar tidak lekas lapuk oleh air laut.
Selain itu nama lokasi ini pernah
disebut sebagai Mandolang atau lengkapnya Mandolang Amian (Mandolang
Utara) untuk membedakannya dengan Mandolang Talikuran (Mandolang Barat),
yakni lokasi yang sekarang ini terletak di arah barat daya Kota Manado.
Kata Mandolang diambil dari bahasa Tombulu tua, yakni Maodalan yang
artinya kunjung-mengunjungi. Berhubung tempat tersebut sering di
kunjungi oleh para pelaut bukan Minahasa yang datang untuk mengadakan
hubungan dagang berupa tukar-menukar barang dengan orang Minahasa waktu
itu.
Tempat tersebut dimasa lalu juga disebut sebagai Tumpuhan Wenang atau Labuan
Wenang. Sebutan pertama berkaitan erat dengan lokasi tempat berdagang
orang-orang Minahasa dari pedalaman dengan orang-orang luar. Sedangkan
Labuan Wenang dimaksudkan sebagai lokasi pesisiran dimana orang-orang
luar Minahasa datang dan berlabuh untuk berdagang dengan orang Minahasa.
Mengingat eratnya penamaan lokasi
diatas dengan urusan perdagangan, maka dapatlah dikatakan bahwa nama
Manado mulai dikenal dunia luar sejalan dengan ramainya kegiatan
perdagangan dimasa itu. Bersamaan dengan itu pula masuklah pengaruh bahasa Melayu
yang dibawah oleh pedagang nusantara. Bahasa itu sering digunakan dan
disebut bahasa Melayu Pasar yang sekarang ini telah berkembang menjadi
bahasa Melayu Manado.
Menurut riwayat perkembangan sejarah Indonesia,
Kota Manado telah dikenal dan didatangi oleh orang-orang dari luar
negeri sejak abad ke – 16. Akan tetapi momentum yang lebih banyak
memiliki kesan-kesan historis dalam dokumen negara, yakni pada abad ke –
17 khususnya di tahun 1623.
Sebelum Proklamasi Kemerdekaan
Republik Indonesia, Manado merupakan pusat pemerintahan dari wilayah
Keresidenan Manado yang pada waktu itu meliputi pulau Miangas (pulau
paling utara dari Sulawesi Utara) sampai ke Kolonedale di Sulawesi Tengah.
Oleh karena pengaruh situasi
politik dan struktur pemerintahan, maka status Kota Manado dari masa ke
masa mengalami perubahan-perubahan, mulai dari status Gemeente Manado hingga berstatus daerah Kota Manado. (Editor : Rafans Manado – Sumber, Pemkot Manado),-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar